Kisah Cicit Nabi Yang Sering Bersedekah Tanpa Diketahui Manusia
Dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah, Imam Ibnu Katsir mencatat riwayat tentang Sayyidina Ali bin Husein yang mempunyai bekas hitam pada pundaknya. Berikut riwayatnya:
Al-Thabrani berkata: Muhammad bin Abdullah al-Khudlri bercerita kepadaku, Utsman bin Abi Syaibah bercerita, Jarir bercerita, menurut Umar bin Harits, ia mengungkapkan:
Ketika Ali bin al-Husein wafat, orang-orang memandikan (jenazah)nya. Mereka (kaget) melihat bekas hitam di punggungnya. Mereka bertanya: ?Bekas apa ini??
Seseorang menjawab: ?Ia memanggul sekarung tepung (setiap) malam di punggungnya buat diberikan kepada fakir miskin pada Madinah.? (Imam Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, juz 2, hal. 133)
Nama lengkapnya adalah Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Ia adalah cicit Rasulullah berdasarkan Sayyidah Fatimah. Ia satu-satunya anak laki-laki Sayyidina Husein yg selamat. Ketika pembantaian Karbala terjadi, beliau masih berusia 3 belas tahun. Ia tidak dibunuh karena sedang sakit. Banyak generasi salaf yang mengambil hadits darinya misalnya Abu Salamah & Thawus. (Imam al-Dzahabi, Siyar A?Lam al-Nubala?, juz 4, hal. 387-388)
Para ulama salaf sangat menghormatinya. Mereka memuji kualitas diri & keilmuannya. Imam al-Zuhri (50-124 H) menyampaikan, ?Aku nir melihat orang Quraisy yg lebih baik menurut Ali bin al-Husein?. Maksudnya suku Quraisy di masa Imam al-Zuhri hayati, bukan suku Quraisy menurut masa sebelumnya. Imam Malik bin Anas (93-179 H) mengatakan, ?Tidak ada pada kalangan ahlul bait yang tampaknya?. Imam al-Zuhri pada ketika lain mengungkapkan, ?Saya nir melihat seseorang pun yg lebih paham (agama) darinya?. (Imam al-Dzahabi, Siyar A?Lam al-Nubala?, juz 4, hal. 387-390).
Membaca riwayat pada atas, aktivitas ?Memberi? Sayyidina Ali Zainal Abidin (38-95 H) dilakukan di setiap malam. Hal ini sanggup dipahami dalam dua sudut pandang. Pertama, lantaran ia nir ingin kebaikannya diketahui banyak orang, dan ke 2, buat merahasiakan orang-orang yang diberi olehnya. Lantaran memberi pada depan generik terkadang menciptakan perasaan yang diberi tidak nyaman.
Dalam banyak riwayat, Sayyidina Ali Zainal Abidin selalu merahasiakan pemberiannya, bahkan orang yang diberi pun nir mengetahui siapa yg memberinya. Setelah kewafatannya, banyak keterangan yang menyebar tentangnya pada Madinah. Mereka saling berkata:
?Kami tidak kehilangan sedekah rahasia (sembunyi-sembunyi) sampai Ali bin al-Husain wafat?. (Imam Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jus 2, hal. 133)
Artinya, banyak penduduk Madinah yg pernah mendapatkan sedekah rahasia menurut Sayyidina Ali Zainal Abidin. Tiba-datang barang atau uang yang dibutuhkan berada pada depan rumahnya. Awalnya mereka tidak tahu, siapa yang menaruh itu. Tapi sehabis Sayyidina Ali Zainal Abidin wafat, mereka tak pernah lagi menerima sedekah rahasia. Akhirnya mereka memahami bahwa Sayyidina Ali Zainal Abidin lah yg selama ini memenuhi kebutuhan mereka.
Bekas hitam di punggungnya adalah bukti kegemarannya merahasiakan sedekah. Ia tidak mau menyuruh anak didik atau pembantunya buat mengantarkan sedekahnya. Ia meminggulnya sendiri dan mengantarnya ke rumah orang yg membutuhkan. Artinya, beliau sedang berusaha merahasiakan kegiatan malamnya berdasarkan famili, teman, murid dan para pembantunya. Tetapi, lantaran kegiatan bersedekah itu dilakukan hampir setiap hari, lama -kelamaan mereka mengetahuinya. Sebelumnya banyak yang menuduhnya bakhil, termasuk keluarganya sendiri. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
?Syaibah bin Nu?Amah mengatakan: ?Ketika Ali (Zainal Abidin) wafat, yg berduka (sekitar) seratus ahlu baitnya (keluarganya).? Aku mengungkapkan: ?Ini terjadi karena ia (dianggap) kikir.? Meski sesungguhnya dia menafkahkan (hartanya) secara sembunyi-sembunyi (misteri), & (bahkan) keluarganya (sendiri) menyangka dia mengumpulkan dirham-dirhamnya (uangnya).? (Imam al-Dzahabi, Siyar A?Lam al-Nubala?, jus 4, hal. 395)
![]() |
Makam cicit-cicit Nabi sesudah kubahnya dibongkar Wahabi |
Sayyidina Ali Zainal Abidin tidak mempedulikan pandangan manusia. Andaipun semua dunia menuduhnya kikir, beliau nir peduli. Hanya orang-orang pada sekitarnya yg mengetahui cara hidupnya yang sesungguhnya, meski awalnya mereka tidak tahu, akan tetapi karena kemurahan hati dan kedermawanan telah inheren menggunakan dirinya, perlahan-lahan mereka mengetahuinya jua. Dari siswa-muridnya inilah riwayat mengenai kehidupannya bertahan hingga kini . Dalam sebuah riwayat, beliau menjelaskan salah satu alasan perbuatannya:
?Dari Abu Hamzah al-Tsumali, ?Sesungguhnya Ali bin al-Husein memanggul (sekarung) roti pada malam hari pada punggungnya (sembari) mencari orang-orang miskin pada kegelapan.? Ia mengungkapkan: ?Sesungguhnya sedekah dalam gelapnya malam dapat meredakan kemarahan Tuhan.? (Imam al-Dzahabi, Siyar A?Lam al-Nubala?, juz 4, hal. 394)
Sebagai cicit Rasulullah shallallahu ?Alaihi wassalam, Sayyidina Ali Zainal Abidin mewarisi kedermawanan moyangnya. Ia nir merasa berat memberikan semua hartanya buat orang-orang yg membutuhkan. Baginya, kedermawanan laiknya kebutuhan utama, tidak ubahnya makan dan minum. Sehari saja tanpa memberi, dia merasa lapar.
Membaca sedikit berdasarkan sekian poly riwayat keluhuran pekerti, kemurahan hati, & kedemawanan Sayyidina Ali Zainal Abidin, kita seharusnya mulai mengganti diri, & menganggap perbuatan baik sebagai kebutuhan primer, bukan sekunder apalagi tersier. Jika kita bisa menganggap perbuatan baik menjadi kebutuhan utama, kita akan selalu haus sebagai bermanfaat pada setiap ketika. Apabila pun susah, paling nir, kisah pada atas sedikit menggugah hati kita. Itu telah cukup baik buat permulaan. Pertanyaannya, kapankah kita akan memulainya?
Wallahu A?Lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!
Tidak ada komentar untuk "Kisah Cicit Nabi Yang Sering Bersedekah Tanpa Diketahui Manusia"
Posting Komentar